Kampanye anti rokok terus didengungkan berbagai kalangan. Bahkan dalam kemasan rokok itu sendiri tertera bahaya merokok yakni mengakibatkan kanker, pernafasan dan mengganggu pertumbuhan janin.
Kampanye anti rokok itupun berimbas pada komoditi tembakau, sebagai bahan baku utama. Namun di balik bahaya-bahaya merokok tersebut, ternyata tembakau masih ada manfaatnya, khususnya untuk perlindungan tanaman.
Tembakau bisa menjadi pestisida nabati. Dengan demikian, petani bisa mengurangi ketergantungan penggunaan pestisida sintetik. Pada kasus tertentu, terkadang ada satu jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak mampu dikendalikan pestida tertentu. Namun setelah aplikasi pestisida nabati (pesnab) dari tembakau justru OPT tersebut mampu dikendalikan.
Pesnab dari tembakau bisa dibuat dari limbah tembakau. Di daerah sentra tembakau, biasanya banyak limbah berupa batang, akar dan daun banyak ditinggalkan petani. Data dari perusahaan rokok, ampas tembakau dari sebuah perusahaan rokok dapat mencapai 6 ton per hari. Padahal untuk membuang sampah tersebut, perusahaan harus mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Bila peluang ini dimanfaatkan secara baik, maka akan terjadi sinergitas mutualistis.
Kelebihan pestisida nabati dari hasil fermentasi limbah tembakau dapat efektif mengendalikan OPT dengan selektifitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, tidak akan membunuh organisme yang lain. Reaksinya juga cepat, aman bagi tanaman lain (tanaman tidak akan keracunan), toksisitas terhadap mamalia rendah dan dapat menghentikan nafsu makan serangga.
Namun ada beberapa kelemahan pesnab tembakau. Misalnya, kurang bisa bertahan lama, cepat terurai, produksi massal dalam jumlah besar agak sulit dilakukan. Beberapa kelemahan itu bisa diantisipasi dengan mencampurkan cairan semprot dengan perekat dan pencampur. Pada prakteknya petani biasanya menggunakan sabun colek sebanyak 125 gram per tangki sprayer (14 liter).
Cara Kerja
Cara kerja pesnab sebenarnya hampir sama dengan insektisida sintetik. Namun kelebihannya tidak menimbulkan residu dan toksisitas terhadap tanaman. Beberapa cara kerja yang diketahui sebagai berikut: repellent (penolakan terhadap kedatangan serangga), antifeedant (mencegah serangga memakan bagian tanaman, meletakkan telur, menghentikan proses penetasan). Selain itu meracuni sistem syaraf, mengacaukan sistem hormon, atraktan (pemikat kehadiran serangga), racun kontak, perut dan pernafasan.
Selain sebagai pesnab, daun tembakau dapat juga dimanfaatkan menjaga kesehatan kulit manusia. Hal ini dikemukakan Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro pakar teknologi nano dari Universitas Brawijaya, penggunaan tembakau untuk balur dan scrab herbal. Hal ini dapat menyembuhkan luka serta meningkatkan kesehatan kulit.
~Suryati Purba
13307source:
http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=774&cHash=625929caa54e6eaf15ebc0f836571f46
Oleh : Eristianisa Mulia Hasanah (13086)
BalasHapusa. Nilai Penyuluhan
1. Sumber Teknologi/ide : tembakau yang dapat diolah menjadi pestisida nabati.
2. sasaran : petani tembakau,masyarakat umum.
3. manfaat : pengolahan tembakau dengan baik (kecuali untuk pembuatan rokok) dapat memberi untung yang tinggi kepada petani juga untuk tanaman yang dibudidayakan yaitu dengan menghasilkan pestisida nabati dari oalahan tembakau.
4. nilai pendidikan : pengolahan tembakau yang tepat dengan memanfaatkan ilmu dalam bidang pertanian akan menghasilkan hasil pengolahan yang maksimal.
b. Nilai Berita
1. Importance : memberikan informasi bagaimana tembakau dapat diolah menjadi pestisida nabati sehingga bermanfaat bagi perlindungan tanaman.
2. Prominence : Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro pakar teknologi nano dari Universitas Brawijaya mengatakan bahwa penggunaan tembakau dapat juga untuk balur dan scrab herbal. Hal ini dapat menyembuhkan luka serta meningkatkan kesehatan kulit.
3. konflik : Kampanye anti rokok terus didengungkan berbagai kalangan. Bahkan dalam kemasan rokok itu sendiri tertera bahaya merokok yakni mengakibatkan kanker, pernafasan dan mengganggu pertumbuhan janin. Kampanye anti rokok itupun berimbas pada komoditi tembakau, sebagai bahan baku utama.
4.